KAMU ADALAH GARAM DAN TERANG DUNIA
TEKNIK BERBICARA DI DEPAN UMUM
Berbicara kepada orang lain atau didepan kelompok orang, adalah sebuah proses komunikasi yang biasa dilakukan oleh siapapun. Dalam konteks berorganisasai proses komunikasi dirasakan sebagai salah satu faktor penentu keberhasilisan missi organisasi, yang dengan sendirinya seluruh sendi-sendi komunikasi baik secara internal maupun eksternal, mesti dikemas secara baik demi terwujudnya keberhasilan suatu proses komunikasi.
Komunikasi sebagai suatu proses, mencakup stidaknya 5 (lima) unsur yaitu :
Komunikator :
Pembicara yang menjual konsepsi dalam bentuk pesan (message) kepada khalayak.
Komunike:
Message, pesan berupa isi konsepsi yang dapat menarik simpati dan dukungan khalayak
M e d i a :
Sarana yang dipakai dalam proses komunikasi itu sendiri.
Komunikan :
Khalayak pendengar, audience, yang menjadi sasaran dari komunikator.
E f f e k :
Hasi, pengaruh, akibat yang terjadi bagi khalayak yang dapat diterima oleh komunikator sebagai umpan balik (fed back)
Karena komunikasi massa adalah terkait dengan bagaimana berbicara dihadapan banyak orang, maka ada baiknya kita pahami dulu, apa, siapa dan bagaimana orang banyak itu.
1. Massa.
Massa adalah kelompok kolektif (dari berbagai macam lapisan dan golongan) yang bersifat mendasar dan spontan.
Ciri-ciri massa adalah :
- Keanggotaannya terdiri dari berbagai macam tingkatan dari segala bentuk sosial dan terdiri dari orang-orang yang anonim.
- Diantara anggota-anggotanya hanya terjadi sedikit inetraksi dan pertukaran pengalaman.
- Massa mempunyai organisasi yang longgar dan tidak dapat bertindak secara teratur dan harmonis, karena pada massa memang tidak ada bentuk organisasi sosial serta aturan-aturan yang mengikat dengan pimpinan yang benar-benar dapat memegang komando.
2. Crowd.
Crowd atau kerumunan ialah kelompok manusia yang timbul secara spontan, tanpa organisasi yang disengaja, tanpa tradisi, juga tanpa corak tertentu. Ciri-cirinya adalah :
- Merupakan kelompok kepentingan karena ia timbul oleh dorongan minat, hasrat, sentimen atau kepentingan bersama.
- Diantara anggota-anggota crowd berkembang pengaruh dan sugesti timbal balik yang kadang-kadang amat kuat tetapi tidak kekal.
- Tidak rasional, tetapi sangat emosianal.
Ada 4 macam Crowd yaitu :
-Casual Crowd yang terbentuk karena kebetulan
-Conventionalised Crowd yang terjadi karena kebiasaan
-Agressive Crowd yang melepaskan emosi belaka
-Expressive Crowd yang spontan, misalnya orang yang tiba - tiba menari karena
mendengar musik yang menarik.
3. Publik.
Publik adalah sejumlah orang yang mempunyai satu minat yang sama terhadap suatu kegemaran atau persoalan tertentu.
Ciri-ciri publik antara lain adalah :
- Ditimbulkan oleh adanya masalah yang sama , akan tetapi belum tentu mempunyai
pendapat yang sama atas masalah tersebut.
- Tidak dapat dibatasi oleh ruang tertentu.
- Walaupun mereka dihadapkan dengan masalah yang sama, akan terbagi dalam
pendirian dan terlibat dalam diskusi.
- Dasar pembentukan adalah fakta, dan dibandingkan dengan Crowd sikap publik
lebih didasarkan pada ratio.
Identifikasi beberapa jenis khalayak tadi, selanjutnya mengarahkan kita untuk mempercakapkan faktor penting berikutnya, yakni Komunikator.
Supaya proses komunikasi (Komunikasi massa) dapat berlangsung efektif dan mencapai sasaran, perlu kiranya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Persipaan yang mantap
Kata orang bijak ; Bila mana anda naik panggung tanpa persipanan, bersiap-siaplah untuk turun panggung tanpa kehormatan. Jadi sebelum anda tampil untuk berbicara didepan umum, ada baiknya anda harus melakukan persiapan semantap mungkin.
a. Anda harus yakin bahwa anda berada dalam keadaan yang sehat. Sebab bila kesehatan terganggu, anda akan nampak lesu, tidak bersemangat, tidak punya daya tarik dan sudah tentu andaakan gagal dalam menarik dan membangkitkan kegairahan khalayak.
b. Kuasai dengan telak materi yang akan disampaikan. Jangan hanya baru membaca sebuah selebaran, atau sekali mendengar ceramah gemblengan, lantas menganggap diri telah menguasai permasalahan.
Bila pengetahuan kita hanya pas-pasan, kita akan berkecil hati yang memudahkan datangnya grogi. Bila kita punya cukup banyak persediaan, kita tidak akan gentar menghadapi keadaan paceklik sekalipun.
c. Yakin akan kebenaran pesan yang disampaikan. Berbicara dalam komunikasi massa idealnya adalah sambung rasa. Apa dan bagimana persaan anda itulah yang bergetar dalam seluruh ucapan dan gerak waktu anda bicara, dan diusahakan agar juga menggetarkan perasaan pendengar. Kita harus yakin terhadap apa yang kita miliki, bilamana tidak maka kita telah berbicara dengan menindas suara hati nurani kita sendiri, sehingga pembicaraan tidak keluar dari hati yang tergetar dan yang dapat menggetarkan pendengar.
d. Penampilan harus mantap dan wajar.
Harus juga dijaga agar penampilan anda menarik. Cara berpakaian, cara merias diri (terutama wanita) harus mantap dan wajar. Usahakan agar anda tidak terlihat ganjil oleh hadirin. Hiasan yang terlalu berlebihan akan terlalu banyak menyerap perhatian dan akan mengurangi perhatian kepada isi pembicaraan.
Bahkan kalau terlampau berlebihan dapat terjadi anda dianggap pemaian dagelan yang dapat membuat pendengar tertawa terpingkal-pingkal tetapi setelah itu habis, karena isi pembicaraan tidak menjadi perhatian pendengar.
2. Usaha menarik perhatian
Awal penampilan mempunyai arti penting untuk saat-saat berbicara selanjutnya. Dapat dikatakan bahwa permulaan yang baik berarti sudah 50 % baik. Oleh karena itu usahakanlah membuat permulaan yang baik dengan cara :
a. Naik ke panggung sebagaimana adanya.
Sering kali dengan perhitungan akan membuat surprise, malahan seorang pembicara membuat kesalahan fatal.
Adakalanya pembicaraorang bodoh, dengan perhitungan nanti di atas pnggung baru ia membuat surpries. Ingatlah, bahwa kesan pada penglihtan pertama akan membekas. Belum tentu anda dapat menghilangkan kesan negatif tersebut dalam waktu yang singkat. Kalaupun dapat, mungkin sudah terlambat sebab waktu yang tersedia bagi anda yang memang terbatas, sehingga sebenarnya and telah membuang waktu dengan cuma-cuma.
Naiklah ke panggung dengan gaya biasa, tidak perlu tergesa-gesa, jangan membungkuk, tersewot-sewot yang bisa menimbulkan kesan munafik.
Jangan pula dengan gaya yng dibut-buat dan dipaksa-paksa seperti “tanam bodi” pasang aksi yang nampaknya seperti balon gas yang hendak melambung. Hal ini penting karena bila gebrekan pertama tidak sehebat gaya yang telah anda tampilkan, lunturlah kepercayaan hadirin dan anda mendapat kegagalan hingga keakhir.
b. Tidak perlu merendah-rendakan diri.
Adalah suatu permulaan yang salah, bila anda memulai berbicara dengan :
Saudara-saudara………saya minta maaf sebesar-besarnya…….maklumlah umur saya baru setahun jagung……..tidak ada gading yang tidak retak….dll.
Ucapan ucapan tersebut sekaligus akan menghapus kredibilitas saudara di hadpan pendengar / hadirin. Walupun mungkin nantinya anda berbicara berbobot, tetapi audience telah terlanjur menaruh prasangka, bahwa pembicaraan anda tidak berisi, kemungkinan banyak salahnya, karena anda kurang berpengalaman, kurang punya persiapan dan tidak punya pengetahuan terhadap pokok persoalan sebagaimana anda sendiri telah proklamasikan. Pendengar menjdi lebih kritis, sehingga setiap kesalahan kecil sekalipun akan diperhatikan sebagai kelemahan anda karena anda sendirilah yang memancing mereka untuk berpikir demikian.
c. Pemanfaatan kalimat pertama.
Kalimat-kalimat pertama, melulu ditujukan untuk menarik perhatian hadirin kepada anda. Gambarkan adanya hubungan-hubungan pribadi dengan pendengar, atau tempatkan diri anda dengan suasan pendengar. Bayangkan bahwa anda adalah bahagian dari khalayak yang hadir. Hindari pemakaian kata “saya” tetapi pakailah kata “kami” atau “kita”. Jangan menganggap bahwa anda adalah guru dan audience adalah murid, sehingga anda bergaya dengan mengatakan ; Saudara saudara disebelah belakang supaya diam…….Supaya saudara-saudara semuanya tenang dan dengarkanlah saya baik-baik. Baiklah memancing perhatian dengan ucapan seperti… Apakah saya dapat terlihat oleh saudara-saudara yang di belakang sana …? atau apakah suara saya dapat didengar oleh saudara-saudara yang paling belakang…..? ini kiat membangun jembatan dialog dengan para pendengar/hadirin dan mereka tidak merasa ditegur.
Bila jawabannya….ya……tunjukkanlah rasa gembira anda walaupun anda mengetahui bahwa jawaban tersebut adalah jawaban asal jawab saya. Singkatnya bila massa sudah menjawab, berarti mereka sudah mau mendengarkan dan bisa diajak mengadakan dialog/komunikasi selanjutnya.
3. Pembicaraan selanjutnya
Segera setelah merasa bahwa khalayak sudah mulai mendengarkan, anda sudah dapat menghidangkan materi pembicaraan / pidato. Syarat-syarat pendahuluan sudah dapat dipenuhi yaitu : Anda dalam keadaan sehat, sudah menguasai materi pesan, mempunyai keyakinan terhadap kebenaran isi pesan serta sudah mengetahui sasaran dan maksud pesan.
Dalam pembicaraan selanjutnya, hal-hal berikut mesti diperhatikan.
a. Khalayak yang dihadapi tidak terlalu kritis seperti yang saudara bayangkan, bahkan adakalanya tidak kritis sama sekali. Dengan demikian, bilamana ada kata-kata yang terlanjur salah diucapkan jangan anda memikirkannya berlarut-larut, sehingga anda lupa apa yang akan dikatakan selanjutnya. Jangan-jangan lalu anda mengucapkan….maaf tadi saya salah, apabila diucapkan dalam nada kebingungan. Teruskan saja bicara, karena kesalahan kecil dalam ucapan terdahulu akan tenggelam dalam kesuksesan yang anda bangun kemudian. Kalau anda mampu merobah “salah ucap” menjadi pokok pembicaraan yang menarik.
b. Jangan terbawa emosi.
Massa yang dihdpi terkdang emosional, tetapi nda sendiri harus tetap dapat menguasai diri karena andalah yang secara rasional mengendalikan emosi massa/audience.
Dengan tetap memegang kesadaran, anda hrus dapat mengendalikan diri dan emosi khalayak menuju puncak pesan yang akan disampaikan.
Bilamana dirasa perlu membentuk suasana baru, misalnya dari keadaan ribut ke tenang atau dari suasana “mati” ke suasana bergelora, dapat dipancing dengan cerita sampingan atau dialog dengan khalayak. Boleh juga dengan menyanyikan bersama sebuah lagu atau pilihan lainnya.
c. Gerak tangan mengikuti pembicaraan.
Bahasa memang unsur pokok dalam berkomunikasi/berpidato. Tetapi adakalanya hal-hal seperti perasaan, semangat, tidak cukup terlukiskan dalam lembaga-lembaga bahasa terucap. Ada baiknya dibantu dengan bahasa isyarat atau bahasa gerak. Disamping mimik, air muka, gerak tangan mempunyai peranan penting.
Yang harus diingat bahwa hadirin bukan saja ingin mendengarkan suara anda tetapi juga juga ingin menonton anda. Karenanya janganlah anda berdiri di podium dari mula hingga akhir hanya sebagai sosok yang mati dan membosankan, tetapi baiknya kata-kata anda sesekali didukung dengan gerakan. Cukup dengan gerakan tangan, jangan ditambah dengan gerakan badan yang berjingkrak-jingkrak atau gerakan kaki yang menari-nari Kalau keterluan, anda tidak lagi didengar, akan tetapi hanya akan menjadi tontonan. Anda tidak lagi menjadi pembicara, tetapi hanya menjadi “selingan”.
Harus dijaga, gerak adalah untuk mendukung, memperkuat ucapan. Jangan misalnya ucapan maju ……….diikuti dengan gerakan tangan ke kiri atau ke kanan, atau gerakan tangan yang dijatuhkan, karena itu melambangkan keadaan tidak bersemangat dan ambruk. Lidah dan tangan harus dikendalikan oleh otak, jangan terjadi lidah berucap maju, tetapi tangan berbuat mundur. Ini menandakan bahwa otak saudara sudah tidak berfungsi untuk mengkoordinir tangan dan lidah. Pada umumnya gerakan tangan ke depan dan ke atas melukiskan gerakan maju, sedangkan ke samping dan ke bawah melambangkan gerakan mundur atau tersingkir. Gerakan tangan lurus dan cepat menunjukkan kekuatan sedang gerakan tangan lambat bergelombang menunjukkan kehalusan dan ketenangan.
d. Pengucapan yang jelas.
Bahasa, dalam hal ini permainan kata adalah media utama dalam komunikasi tatap muka. Karena itu susunan kalimat yang baik harus benar-benar diperhatikan. Jangan sampai menimbulkan kerancuan. Usahakan membentuk kalimat-kalimat pendek. Jangan kalimat dibiarkan beranak-bercucu-bercicit. Akibatnya induk kalimat menjadi buyar. Ingatlah bahwa bahasa ucapan tidak bisa diulang lagi oleh audience yang mungkin kurang dapat menangkap dalam sekali ucap. Lain halnya dengan bahasa tertulis. Kadang-kadang diselingi dengan kalimat-kalimat tanya guna menghidupkan dialog dengan hadirin. Setiap suku kata supaya diucapkan dengan jelas. Anda berbicara memakai alat pengeras suara. Ini sangat sensitif. Getaran suara kuat, akan diperkuat lagi. Jika anda menelan getaran suara, bunyinya melalui pengeras suara akan sangat kecil. Perbedaannya sangat menyolok. Ucapan semua suku kata secara jelas.
Kata-kata yag kuat jangan diberikan awalan sisipan maupun akhiran. Suara kita kurang jelas karena ucapan dengan menarik nafas, bukannya dengan mengeluarkan nafas. Tetapi bilamana memang suara kita serak, dapat dibantu dengan menelan sedikit garam dapur. Caranya terserah pada anda sendiri, asal jangan sampai mengganggu konsentrasi pendengar.
4. Pembicaraan selanjutnya
Strategi dalam setiap pembicaraan adalah agar pendengar dapat mengikuti secara teratur, memahami isi pesan, meyakini kebenaran pesan dan siap melaksanakan anjuran kita. Untuk itu perlu disusun rencana pembicaraan dalam fase-fase yang menurut beberapa ahli retorika dalam AIDDA sebagai berikut :
Fase Attention : memberitahukan terlebih dahulu apa yang akan disampaikan, untuk menarik perhatian
Fase Interest : menyebutkan manfaat yang dapat diperoleh audience apabila audience mau menerima anjuran komunikator.
Fase Desire : mengadakan daya tarik terhadap perasaan audience sesuai keinginan audience.
Fase Decision : memberikan kemungkinan kebebasan memilih namun disertai anjuran alternatif (jalan keluar) sebagai keputusan audience.
Fase Action : Menganjurkan agar audience bertindak sesuai alternatif yang telah ditunjukkan.
Kini terserah kepada komunikator untuk secara teknis menggarap fase-fase ini sesuai situasi dan kondisi di lapangan.
Beberapa petunjuk praktis untuk ini dapat kami sebutkan :
a. Mula pembicaraan adalah untuk mengolah hadirin menjadi satu kesatuan semangat yang terkonsentrasi kepada diri anda. Usaha ini bisa memakan waktu panjang. Ini tergantung dari suasana sebelum giliran anda naik panggung dan kemampuan anda sendiri. Bilamana terlihat hadirin belum bersatu padu dan terkendali sebaiknya adakan sedikit pembicaraan dialogis atau diajak menyanyi untuk meluluhkan mereka dalam satu paduan kontak. Tetapi bilamana massa masih belum terkendalikan, jangan anda bertindak kehabisan akal dengan nada memaksa. Tetapi mulai sajalah dengan memberikan pidato dengan harapan, mereka akan mulai bersedia mendengar. Harapan terakhir terletak pada presser group bilamana memang diadakan.
b. Biasa hadirin telah mengetahui maksud pertemuan/ kampanye yang diselenggarakan. Oleh karena itu presentasi masalah tidak perlu berlarut-larut. Cukup dua atau tiga kalimat saja. Jangan sampai perhatian awal yang telah berhasil dikonsentrasikan pecah lagi, sebelum hadirin dibawa untuk mengikuti permasalahan.
c. Ingatlah bahwa massa biasanya malas berpikir, mereka lebih senang menerima bahan yang sudah dimasak dari pada bahan mentah. Oleh karena itu permasalahan jangan dikemukakan secara sulit dan berbelit-belit. Kemukakan secara ringan dan faktual. Masalah berarti ada pro dan ada kontra. Kedua pendapat (Pro dan Kontra) harus dikemukakan. Jangan hanya dikemukakan pendapat yang pro kita saja, karena dengan demikian tidak ada bahan banding. Sudah tentu pembicaraan yang pandai tidak akan mengemukakan pendapat yang kontrak secara kuat dan menyakinkan, tetapi harus sebaliknya pendapat/argumen yang pro yang dikemukakan secara utuh dan kuat. Dengan demikian, pendengar akan langsung melihat manfaat dari pesan yang kita inginkan.
d. Buatlah kesimpulan atas dua pandangan yang telah dikemukakan. Kesimpulan yang diambil harus tegas, tidak boleh menimbulkan keragu-raguan yang bisa melahirkan alternatif baru. Usahakan agar kesimpulan tersebut diucapkan /disuarakan sendiri oleh hadirin. Antarlah hadirin secara dialogis untuk itu. Bilamana kesimpulan yang dibuat oleh hadirin belum mampu mencapai yang diinginkan. Anda harus membuat variasi baru, membangun dialog baru untuk memperoleh kesimpulan optimal yang diinginkan. Sudah tentu anda harus dapat menciptakan daya tarik yang intimewa.
e. Segera setelah terwujud kesimpulan, anda harus lanjutkan dengan saran tindak jangan terlampau ada jarak waktu. Karena bisa terjadi hadirin kehilangan arah. Supaya diperhatikan agar kesimpulan yang diambil adalah pada klimaks pembicaraan. Perumusan anjuran dan saran tidak merupakan anti klimaks. Karena apa harus dikerjakan audience itu harus disampaikan dan diterima dalam kondisi yang lebih tenang dan harus diingat dengan baik.
f. Kalau saran telah disampaikan dengan baik, akhiri saja pembicaraan misalnya dengan slogan-slogan yang sudah ditentukan. Jangan diteruskan lagi pembicaraan sebab bisa terjadi saran terlupakan atau malahan menjadi mentah lagi. Dan anti klimaks menjadi sedemikian lemah sehingga pembicaraan anda menjadi mati pada akhirnya. Anda tidak mencapai kondisi akhir yang menyenangkan.
g. Humor dapat anda sisipkan disela-sela pembicaraan sebagai bumbu yang menyenangkan. Tetapi bila memang anda tidak bisa berhumor jangan dipaksakan. Jangan sampai anda menjadi bahan tertawaan karena humor yang gagal. Kalau bisa materi humor mendukung pembicaraan.
5. Gaya Berbicara (Oral Style)
Pembicara-pembicara pemula sering suka meniru-niru gaya orator terkenal. Sayang sekali, karena tiruan adalah tiruan betapapun bagusnya. Pembicara demikian adalah pembicara imitasi. Kesulitan ada juga yaitu sementara berbicara, ia sibuk mengingat-ingat pengaturan gayanya sehingga menjadi lupa akan apa yang akan diucapkan. Kalau terlupakan gaya bahasa idolanya, maka akan keluar gaya asli yang tidak seragam dan semuanya menjadi kacau. Tidak perlu meniru-niru gaya orang lain. Biar orang terkenal sekalipun. Karena sesungguhnya tiap orang dikaruniai gaya khas yang mempunyai segi-segi menari. Yang perlu adalah mengembangkan segi-segi menarik tersebut dan mengarungi segi-segi yang kurang menarik dan melatih beberapa variasi.
Berikut ini ada beberapa gaya berpidato yang dalam praktek sering banyak dipakai dalam kombinasi.
1) Gaya Lancar
Pembicara-pembicara lancar umumnya dilahirkan (pembawaan) mereka memiliki kelancaran berbicara yang tidak dibuat-buat. Pada setiap saat dapat berbicara tentang apa saja secara lancar. Kelancaran berbicara telah banyak melahirkan pemimpin dan orator dengan syarat jika ia dapat menggunakan otak dibalik lidahnya. Dalam arti disamping memiliki kemampuan berbicara lancar ia dapat juga memberikan isi kepada pidatonya.
2) Gaya Putus-putus
Gaya ini banyak kita jumpai dan selalu menunjukkan bahwa pembicara bersifat Nervous. Dalam berbicara selalu terputus-putus, mendehem-dehem, minum sebentar dan dengan sulit ia meneruskan lagi pembicaraan. Cara ini sangat merugikan, namun dapat diperbaiki dengan jalan membaca terus menerus dengan suara nyaring pada kalimat-kalimat pendek dengan tekanan kata-kata.
3) Gaya kuat.
Gaya kuat yang ditandai dengan bicara besr dan congkak adalah sangat efektif. Umumnya pidato yang congkak atau bercakap cakap yang besar dilihat orang sebagai sifat kelaki-lakian, suatu sifat yang biasa dimiliki oleh seseorang pemimpin. Walaupun demikian agar dapat dicapai hail sesuai harapan, seyogianya keinginan untuk berbicara congkak ini dapat dijinakkan. Adalah lebih baik “kepunyaan kita” dari pada “kepunyaan saya”.
4) Gaya banyak.
Gaya ini sering pula disebut gya datar, tanpa tekanan dan variasi dalam suara. Ini adalah indikasi dari pembicara ang bertemperamen dingin. Namun demikian kadang-kadang diperlukan, misalnya dalam sidang para direktur : tetapi tidak efektif kalau dalam suatu rapat umum.
5) Gaya berat.
Gaya ini mendapat sindiran ensiklopedia. Kalimat yng diucapkan biasanya panjang-panjang. Sedikit sekali terdapat ilustrasi. Kerap kali bernilai tinggi, dapat memberikan kesan mendalam kepada audience. Dulunya gaya ini dinamakan Styl Tinggi, tetapi dewasa ini gaya tersebut kurang punya pengaruh, kecuali bagi orang orang lanjut usia.
6) Gaya berargumen.
Gaya ini biasa digunakan oleh para ahli hukum, politisi dan para pemimpin pekerja. Ia bersifat logis, kuat dan agresif. Dengan gaya ini pembicara mencoba menguasai massa dan membujuk ataupun memaksa mereka. Menggunakan gaya argumen berarti mengemukakan banyak alasan yang akurat dan sulit disngkali orang.
7) Gaya staccato.
Biasanya digunakan oleh pembicara yang bergaya pemalu. Sifatnya tertahan tahan, tidak logis dan sering kali tidak enak didengar. Orang semacam ini harus berusaha menghilangkan kebiasaan buruknya (gaya pemalu) antara lain dengan banyak membaca dengan suara keras serta banyak berbicara di depan orang lain.
8) Gaya gereja
Gaya ini adalah datar, monoton, biasanya dipakai oleh pendeta, pemuka agama sewaktu berkhotbah, tetapi terdengar agar luar biasa jika dipakai pada kesempatan lain. Gaya ini berasal dari kebiasaan dalam mengucapkan doa, atau dalam upacara keagamaan. Ini merupakan bentuk pidato yang bersifat serimonial.
9) Gaya statistik.
Pembicara dengan gaya ini biasanya berbicara dingin dan tidak menarik, hanya mengemukakan kenyataan-kenyataan saja dan selalu mengeluarkan catatan-catatan/guntingan koran yang berisi statistik. Sudah tentu angka-angka ini tidak menarik dalam suatu rapat umum, lain halnya kalau dalam suatu rapat/sidang para direktur bank.
10) Gaya Sentimentil.
Gaya ini berusaha memanfaatkan perasn audience. Karena perasaan selalu menguasai semua logika dan statistikpun tidak dapat mengatasinya. Dalam tiap pidato yang baik, hampir selalu terdapat bagian yang berisikan perasaan atau sentimen.Di hadapan khalayak yang kritis, pidato yang efektif ialah pidato yang penuh perasaan.
11) Gaya agiator.
Ini adalah gaya pemimpin massa. Gaya ini terasa sangat efektif dan adakalanya diketemukan secara eksplosif, adakalanya juga secara diteriakkan. Ini adalah gaya yang paling disukai dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat politik.
12) Gaya meja pesta.
Gaya ini bersifat seni lucu dan orisinil. Tidak boleh bersifat kaku, apalagi memakai data-data statistik atau yang bersifat berat. Tidak boleh merupakan pidato yang emosional, tetapi harus merangsang suasana agar menggembirakan orang dan tidak membuat orang memeras otak untuk memikirkan masalah ang dikemukakan. Walaupun bersifat ringan namun dapat dibuat efektif dan jika perlu memberikan pendidikan.
13) Gaya konyersi
Ini adalah gaya yang baik yang biasa dipakai sebagai gaya dasar, ditambah dengan gaya lain sesuai keperluan. Di sini pembicara berbicara sederhana dengan menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat pendek.
6. Siasat-Siasat dalam propaganda.
Untuk mencapai tujuan membujuk, mengajak dan mempengaruhi audience, kita perlu mempergunakan siasat tertentu dalam berpidato. Pada umumnya para ahli propaganda mengenal 7 ( tujuh) macam siasat :
Name Calling Device
Cara propaganda dengan jalan memburuk-burukkan nama dan reputasi lawan untuk membangiktkan kebencian massa kepada lawan
Clitering generalisties Device
Pelontaran konsep komunikator yang muluk-muluk, mengandung hal-hal yang baik dan menarik. Misalnya…. Demi kedilan….demi perdamaian, demi kesejahteraan …demi masa depan yang cemerlang, ataupun dengan memakai kata-kata yang mengandung ajaran kesosialan maupun ajaran agama.
Transver Device
Cara ini dilakukan dengan jalan mentranfer lambang-lambang komunikasi yang baik dan agung kepada cita-cita yang dikehendaki oleh pembicara dengan tujuan agar cita-cita itu bisa diterima khalayak, misalnya mengemukakan kemurnian agama untuk tujuan pembangunan gedung-gedung ibadah.
Testimonial Device
Siasat ini dilakukan dengan cara mengunakan kata-kata dari orang-orang ternama guna menambah keyakinan pendengar terhadap konsepsi ataupun pikiran yang dikemukan oleh pembicara.
Plane Folkes Device
Pembicara dalam keadaan ini menempatkan diri ditengah-tengah khalayak (sebagai bagian dari khalayak/audience) sehingga apa yang disampaikan langsung diterima, karena dianggap sebagai bagian dari buah pikiran sendiri. Pembicara biasanya memakai kata-kata…….saya adalah bagian dari saudara-saudara……kita adalah sama-sama pejuang orde baru. Contoh lain mislnya kita melihat bagaimana pembicara ikut kerja bakti denga khalayk secara bersama…..ataupun mengikuti upacara dengan mengenakan pakaian adat masyarakat yang didatangi…..ikut makan sirih pinang dalam upacara pemberian gelar kepala suku……dan contoh lainnya.
Card Stocking Device
Siasat ini adalah dengan cara memutar-balikan kenyataan, memaniskan yang pahit dan mempahitkan yang manis dengan tujuan untuk menjatuhkan lawan. Untuk terlaksananya siasat ini dengan baik, biasanya fakta tidak diperlihatkan, ratio sedapat mungkin dihindari dan sebaiknya emosi dibangkitkan. Usaha ini harus dilakukan secara terus menerus sehingga akhirnya massa akan menerimanya sebagai suatu kebenaran.
Band Wagong Device
Teknik ini berusaha memberikan kesan “sudah menang” dengan cara pamer kekuatan, memakai kenderaan dengan bunyi-bunyian berkeliling kota, menghamburkan selebaran dengan segala kemeriahan.
Ini adalah siasat untuk memenangkan suatu tujuan komunikasi / kampanye / propaganda apapun modelnya. Akan tetapi cara mana yang hendak dipakai, berpulang pada komunikator, sesuai tujuan yang hendak dicapainya.
AMGPM sudah pasti tidak akan menggunakan cara-cara kotor yang tidak bermoral dalam proses-proses komunikasi yang dilakukan, karena “Terang dunia”
PANDUAN PRAKTIS BAGI PEMANDU ACARA.
Yang mau kita cakapkan disaat ini adalah bagaimana kita mampu menjadi seorang Protokoler dan sebagai seoerang pemandu acara, atau seseorang yang mampu membekali seseorang yang kelak ditugaskan sebagai pemandu acara. (Master Of Ceremony)
Pengertian dan Kualifikasinya
Di dalam suatu tata upacara, biasanya setiap mata acara berikut urutan dan pelakunya sudah disusun dengan baik dan rapi, oleh seseorang atau sekelompok orang. Kendatipun demikian, ini belum merupakan suatu jaminan, bahwa upacara atau acara tersebut akan berjalan lancar. Karena masih ada satu unsur lagi ( malahan boleh dikatakan unsur yang paling penting), yaitu adanya seorang petugas yang diserahi kewajiban sebagai orang yang menyajikan runtunan acara satu persatu, serta menjaga agar susunan acara, penyajian serta kesinambungan dari satu mata acara ke mata acara berikutnya berjalan lancar. Petugas yang melakukan pekerjaan khusus ini biasanya dikenal dengan sebutan Master Of Ceremony,(MC) atau dalam istilah bahasa Indonesi disebut Pemandu Acara.
Kenyataan membuktikan bahwa di dalam masyarakat kita dewasa ini sering dijumpai/digelarkan berbagai jenis acara, maka ketrampilan seorang Master of Ceremony dalam memandu jenis-jenis upacara/acara tersebut, akhirnya menjadi salah satu kajian yang cukup menarik.
Kita lalu bertanya, apakah setiap orang dapat melakukan tugas MC atau Pemandu Acara ? Sepintas lalu, nampaknya pekerjaan ini sungguh ringan. Karena bukankah MC itu hanya menyajikan susunan acara itu saja ? Kelihatannya memang demikian. namun masalahnya tidak sesederhana itu.
Seorang MC tentu saja adalah seorang komunikator, karena pekerjaannya tidak lepas dari mengkomunikasikan suatu gagasan atau pesan, yang ditujukan kepada orang lain. Dalam hal ini penerima pesan (Komunikan) yang adalah khalayak, audience, atau hadirin, yang kadang-kadang sama latar belakang pendidikan, budaya, tingkatan usia, tidak jarang juga dijumpai bahwa audience atau khalayak tersebut sangat heterogen atau beragam latar belakang pendidikan, budaya, selera, jenis dsb.
Untuk itu maka ucapan-ucapan yang dikeluarkan oleh seorang MC haruslah dapat dimengerti oleh semua lapisan masyarakat.
Jadi seorang MC yang yang ingin tampil secara terampil dan menarik, mesti memiliki beberapa kualifikasi dasar, a.l :
1. Kualifikasi formal : Menyangkut pendidikan dan latar belakang budaya
2. Kualifikasi fisik : Menyangkut penampilan dan kesempurnaan organ bicara
3. Kualifikasi teknis : Komunikatif dan mampu menggunakan momentum
4. Kualifikasi mental : Menyangkut sikap mental yang terpuji.
1. Kualifikasi Formal :
Seorang MC yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi tentu akan dapat melakukan tugas secara lebih baik dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah. Ini disebabkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, akan semakin luas pula wawasannya, daya nalar, serta kemampuannya dalam mengeja-wantahkan setiap gagasan untuk disampaikannya kepada audience.
2. Kualifikasi Fisik :
Begitu seorang MC pertama muncul ketengah public, maka yang paling dahulu tampak, adalah penampilannya (appearance). Tampang yang cantik atau ganteng saja belum merupakan jaminan, namun ini sudah merupakan satu modal yang baik. Kendatipun demikian, janganlah berlebihan. Untuk itu dukungan cita-rasa dalam berbusana dan memilih kecocokan warna busana juga turut membantu penampilan seorang MC.
Selain itu, kesempurnaan organ –bicara merupakan salah satu faktor dominan. Jika anda memiliki cacat-vocal, seperti suara yang parau (serak), gagap dsb. Sebaiknya jangan melakukan tugas MC.
3. Kualifikasi Teknis :
Dalam ilmu komunikasi disebutkan bahwa suatu proses komunikasi itu baru akan berhasil, apabila pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh si komunikan dan berlanjut dengan tanggapan atau reaksi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penyampai pesan atau komunikator. Jadi dengan lain perkataan, seorang MC itu hendaknya berusaha untuk menjadi seorang komunikator yang baik. Untuk itu dia harus terampil dan mampu menciptakan suatu suasana yang tetap baik dan menyenangkan bagi publiknya. Seandainya timbul permasalahan yang dapat mengganggu kelancaran acara, maka seorang MC yang professional akan selalu mampu berusaha mengatasinya. Bukan sebaliknya dia ikut-ikutan kalang kabut, sehingga malah justru tambah memporak-porandakan suasana.
4. Kualifikasi Mental :
Seorang MC harus memiliki sikap mental ( mental attitude) yang baik dan terpuji. Untuk itu maka dia haruslah seorang yang :
a. dapat dipercaya ( reliable person )
b. respect terhadap audience
c. correct
d. dapat menyeuaikan diri
e. tanggap
f. adaptive
g. rendah hati dan lemah lembut ( low profile and gentle )
h. waspada akan kemungkinan yang paling buruk ( alert )
Untuk itu prinsip check and recheck harus tetap diperhatikan
Selain empat kualifikasi yang dikemukakan di atas, ada lagi beberapa faktor yang juga harus dimiliki oleh seorang MC seperti :
a. memahami betul isi pesan yang disampaikan.
b. menguasai bahasa yang digunakan, dengan pengertian bahwa bahasanya
harus mudah dimengerti oleh audience.
c.memiliki kepribadian yang menarik ( pleasant personality ) yang dapat diwujudkan dalam bentuk :
a.1. suara / vocal yang baik
a.2. lancar berbicara
a.3. tidak memiliki aksen daerah
a.4. tidak memiliki cacat-vocal
a.5. memiliki kondisi phisik yang prima ( sehat )
Kedudukan dalam suatu acara/upacara
Dewasa ini masih sering kita dengar ke campur-adukan pengertian antara MC dengan Protokol. Sering kita dengar pertanyaan : “Siapa protokolnya sih?”. Yang dimaksud disini, adalah si Pemandu Acara atau MC. Jadi dengan demikian, penempatan kata Protokol disini, jelas salah.
Seperti kita ketahui, istilah protocol yang berasal dari bahasa Inggris ‘protocol’ yang artinya code of behaviour, yang mengandung makna umum, tata cara atau pengaturan mengenai gerak-gerik orang perorang dalam suatu kelompok tertentu. Pengertian ini kemudian berkembang menjadi bagian dari suatu kelompok kerja atau kegiatan, yang mengatur tugas dan ruang gerak seseorang dalam rangkaian kegiatan itu secara keseluruhan.
Dengan demikian, maka dengan sendirinya MC bukanlah protocol namun MC adalah bagian dari tugas2 ke protokolan. Setelah kita memiliki pengertian yang jelas antara MC dan Protokol, maka akan mudah bagi kita untuk menempatkan kedudukan MC dalam suatu acara ( social function ).
Jika demikian , maka dalam suatu social function atau social gathering, kita temui 3 unsur, yaitu :
1. PihakPenyelenggara (Perorangan, Instansi dsb)
2. Khalayak audience
3. Orang yang memandu jalannya pertemuan atau /social gathering tsb (MC).
Khusus untuk MC, dalam tata kehidupan modern, seorang MC juga harus mampu menyanyi, melawak, atau bermain sulap, semua ini merupakan ketrampilan tambahan yang sangat baik dalam menunjang profesi sebagai seorang MC.
TEKNIK BERBICARA
MC melakukan tugasnya dengan berbicara, dengan demikian agar tugasnya selaku MC itu berhasil, dia harus menguasai teknik berbicara secara sempurna sehingga audience menjadi tertarik, puas, terhibur dsb.
Bagaimana caranya untuk menguasai teknik berbicara agar berhasil ?
Bicara adalah suatu proses menyampaikan gagasan, pendapat, bahkan juga gerak bathin atau emosi. Ada beberapa organ bicara yang berfungsi aktif, pada saat proses bicara itu berlangsung. Organ bicara itu adalah :
1. Otak - selaku pusat bicara
2. Paru-paru - menghembuskan udara untuk menggetarkan pita suara
3. Pita suara - penghasil bunyi akibat resonansi udara yang melaluinya
4. Bibir - membentuk konsunan bilabial (b, p, m)
5. Lidah - membentuk konsunan dental (n,ny,s,r,t,z,y,sy)
6. Langit-langit - membentuk konsunan dental
7. Gigi - membentuk rongga mulut guna menghasilkan suatu bunyi
8. Pangkal tenggorokan – membentuk bunyi kh, g
9. Anak tekak - membentuk bunyi kh, g
Seorang akan lancara berbicara dan mengemukakan pendapatnya secara jelas apabila, semua organ bicara yang dia miliki, berfungsi sempurna pada saat ia berbicara.
Selain berfungsi normalnya organ bicara, maka kemampuan kita meramu materi pembicaraan juga merupakan salah satu factor penentu. Untuk itu harus memiliki kosa kata (Vocabulary), diction, (pilihan kata), kemampuan berimprovisasi, kemampuan menggunakan gaya bahasa, dan kemampuan meramu kalimat-kalimat ujaran secara spontan, dengan tetap mengindahkan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar.
TEKNIK MEMBACA
Yang dimaksud dengan membaca disini, adalah kegiatan membaca bukan untuk kepentingan si pembaca, namun yang dimaksudkan agar apa yang dibaca itu dapat dimengerti atau dipahami orang lain yang mendengarkannya.
Factor utama adalah menguasai “ the five key points” atau “lima kunci pokok” dalam melakukan make up naskah yang akan dibaca. Lima kunci pokok itu adalah:
1. Phrasing / pemenggalan kalimat
2. Intonation / Intonasi (lagu kalimat)
3. Stessing / penekanan ; terhadap suku kata, kata, kalimat, alinea.
4. Reading speed ( kecepatan baca )
5. Pause (jedah)
1. Phrasing
Phrasing adalah kemampuan seseorang /untuk memenggal satu kalimat menjadi bagian-bagian kalimat tertentu /sehingga secara keseluruhan,/ apabila kalimat tersebut diucapkan dapat dimengerti, sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya. Seorang pembaca naskah yang professional, akan senantiasa memberi tanda-tanda khusus pada setiap kalimat yang akan dibacanya. Dengan demikian, akan mudah baginya untuk menyampaikan pesan tersebut, dilain pihak, penerima pesan akan mudah pula memahaminya.
2. Intonasi.
Intonasi berarti lagu kalimat. Jadi yang dimaksud adalah cara menininggi-rendahkan level suara pada bagian-bagian tertentu dari suatu kalimat, dengan tujuan untuk dapat lebih mempengaruhi atau menggugah perhatian pihak yang mendengarkannya.
3. Stressing.
Stressing adalah cara si pembaca naskah untuk memberikan tekanan tertentu kepada, baik suku kata, kata, kalimat maupun alinea. Penekanan yang keliru atau bukan pada tempatnya, akan membuat perkataan yang diucapkan menjadi janggal terdengar.
4. Reading speed.
Yang dimaksud dengan reading speed adalah kecepatan baca.
Untuk kecepatan membaca yang normal ialah, antara 110 sampai 120 kata per menit. Dengan mempedomani ketentuan ini, maka akan mudah bagi kita untuk memperkirakan berapa banyak perkataan yang kita perlukan untuk menyusun suatu naskah pidato yang akan diucapkan selama 5 menit, 10 menit dst.
5. Pause
Pause atau jedah, memainkan peranan yang cukup penting. Dalam membaca, bila tidak kita hiraukan pause atau jedah, maka stuktur kalimat yang dibaca juga akan menjadi berantakan.
Penguasaan terhadap lima kunci pokok di atas, merupakan modal dasar bagi anda dalam membaca secara lancer dan komunikatif. Dalam kerangka membaca dapat pula anda lakukan langkah-langkah berikut:
1. Latihan Pernafasan.
Bagaimana caranya anda menggunakan persediaan nafas yang anda miliki secara efektif. Lakukan pemenggalan kalimat secara baik agar dapat membantu pernafasan anda.
2. Olah Vocal :
Berbicaralah secara wajar dengan nada atau level suara yang wajar, adalah yang paling baik. Jangan meniru suara orang lain, atau gaya bicara/gaya membaca orang lain. Jadilah anda sebagai anda / jadilah diri anda sendiri.
3. Olah Raga
Kondisi phisik yang prima tentu merupakan wadah yang paling ideal untuk menampung berbagai aktivitas, termasuk aktivitas selaku seorang MC.
Persiapan Melaukan Tugas
Tahap persiapan melakukan tugas dapat dibagi menjadi dua :
1. Persiapan jangka panjang :
Senantiasa meningkatkan mutu ketrampilan dengan jalan menambah pengetahuan umum, senantiasa mengikuti perkembangan situasi disekitar kita, mengikuti perkembangan bahasa yang terjadi. Semua ini perlu dilakukan karena profesi MC membutuhkannya.
2. Persiapan jangka pendek :
tahap ini dimulai pada saat seseorang ditunjuk atau diminta untuk menjadi MC, atau Pemandu Acara. Hal-hal yang perlu dichek terlebih dahulu adalah :
- Jenis acara/upacara : formal, semi formal, non formal
- Waktu&Tempat : Pagi, siang sore, malam, di gedung, rumah tinggal, lapangan
- Siapa yang hadir
- Urutan mata acara
- Komponen acara/upacara : siapa2 yang berpidato, penceramah, penyanyi dsb.
Setelah melakukan pengechekan terhadap unsure-unsur tersebut, maka tibalah saatnya untuk menyusun materi pengutaraan. Siapkan pengutaraan itu secara tertulis, namun hendaknya selalu diupayakan, agar kalimat yang disusun adalah kalimat-kalimat ujaran. Artinya bahasa yang disusun adalah bahasa dengan ragam lisan, namun tertulis. Apa-apa yang akan menjadi pengutaraan kita, hendaklah ditulis terlebih dahulu.
Gunakanlah kartu-kartu kecil seukuran kartu bridge, dan tulislah pengutaraan-pengutaraan anda secara jelas (mudah dibaca), satu kartu untuk satu bagian pengutaraan. Kartu ini sebaiknya dibuat dari bekas kertas map. Siapkan pula beberapa helai kartu yang masih kosong, untuk catatan tambahan.
Siapkan diri anda untuk ke tempat acara.
Usahakan agar MC sudah berada di tempat acara/upacara satu jam atau selambat-lambatnya setengah jam sebelum acara dimulai. Tenggang waktu ini diperlukan untuk melakukan penyesuaian atau pengecekan akhir lapangan.
Setiba di tempat tugas, setelah menemui pihak penyelenggara/tuan rumah, maka langkah berikutnya adalah melakukan pengecekan terhadap sound system. Periksa jumlah mikropon yang digunakan, dan untuk apa kegunaannya, tes terlebih dahulu, apakah semua mikropon berfungsi sempurna atau tidak.
Bagaimana mengatasi demam mikropon atau demam panggung ?
Cara praktis untuk mengatasi kendala ini ialah dengan jalan menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan-lahan. Lakukan beberapa kali, mudah-mudahan deyut jantung yang cepat akan berkurang.
Bagaimana menatap public yang jumlahnya banyak itu ?
Biasakan muncul beberapa kali sebelum acara dimulai. Misalnya dengan berpura-pura men-test mikropon, atau mengarahkan para tamu agar menempati kursi yang masih lowong di deretan depan. Begitu tampil jangan langsung berbicara, namun cobalah menatap hadirin sejenak sambil melemparkan seulas senyum kepada mereka.
Rasa percaya diri, atau self confidence tentu saja merupakan modal yang paling berperan dalam melaksanakan tugas MC.
Agar susunan acara berlangsung lancer, kiranya diupayakan agar mereka yang ikut berperan seperti menyampaikan pidato, pembaca doa dsb, ditempatkan pada kursi yang tidak terlalu jauh dari pentas, agar memudahkan mereka naik ke mimbar.
MC yang terampil dan teliti, pasti mengetahui tempat duduk yang tepat dari setiap pembicara, penyanyi, pelawak dsb.
Kendati semua sudah dipersiapkan, tetapi apabila masih timbul permasalahan lain, seperti macetnya sound system dsb, janganlah panic, usahakan mengatasi keadaan dengan tenang, jangn ikut-ikutan panic, namun tetaplah tenang sementara kemacetan diperbaiki oleh teknisi.
Tidak tepat, apabila seorang MC mengulas pidato yang baru diucapkan. Hal ini untuk menghindari kesalahan tafsiran akan isi pidato tersebut.
Jangan berteriak di depan mikropone,
MC yang baik juga harus memperhatikan faktor etika, dalam mempersilakan seseorang untuk menyampaikan pidato atau lainnya.
MC mesti mengetahui dimana tempat duduk mereka yang berpidato, pembaca doa, penceramah, penyanyi, pelawak dsb.
Demikian sedikit uraian yang dapat saya sampaikan pada pelatihan ini, semoga bermanfaat bagi saudara-saudara.